Petualangan Mt. Sumbing
14-16 Desember 2018
Assalamu'alaikum, halloo, selamat datang di blog perdanaku.
Eh, belum kenalan, okke, pertama dan yang paling utama ini yaa. Kalo kata kebanyakan orang 'tak kenal maka tak sayang'. Makanya, perkenalkan dulu, namaku Leni Istiqomah biasanya dipanggi Leni, kalo di sekolah lebih dikenal dengan panggilan Tiqom, tapi yaa terserah kalian mau panggil apa siih:v. Nah, kalo udah kenal boleh kok kalian sayang sama aku, ehehee., engga, bercanda.
Untuk pembukaan blog ini, aku mau ceritain petualanganku, petualangan anak busana di gunung Sumbing. Waaa, kira" kaya gimana yahh? Penasaran kann? (gpp PeDe dikit:v) Makanya baca sampai tuntas yaaa. Yukk.
Okke. Pertama, aku kasih tau, kalo ini tuh petualangan pertamaku naik gunung lohh. Mantab, baru perdana langsung nekat ke Sumbing, gunung tertinggi kedua di Jateng setelah Gunung Slamet, musim hujan lagi. Nah, kedua, aku mau berterima kasih dulu buat para Sahabat Jolang, yang udah ngajakin aku muncak bareng kalian, walaupun mungkin agak berat hati kali yaa, ups, siapa tau kann, hehee.
Seminggu sebelum hari H, aku di hubungi sama temen SMP ku, sebut saja namanya si Bar-Bar, dia mau muncak katanya, trus dia ngajakin aku lewat chat WhatsApp. Aku setuju aja, karna aku dari dulu emang pengin banget naik gunung tapi belum pernah kesampaian. Setelah diskusi cukup lama, kami memutuskan tujuan pendakian yaitu Mt. Sumbing via Bowongso. Disini kami akan bertualang sebanyak sepuluh anak, tujuh diantara mereka udah pernah ngerasain berada di puncak gunung dan tiga sisanya masih noob tentang itu (termasuk aku).
Setelah menyewa dan mempersiapkan alat" pendakian seperti tenda, matras, dan lainnya, hari yang kita nantikan pun tiba.
Jum'at sore, kita kumpul di rumahnya Fida sambil packing ulang. Kita bawa enam carier kapasitas 60Lt (buat yang belum tau, carier itu tas ransel besar yang biasa dibawa para pendaki, kapasitasnya macam-macam seperti 35-50 liter, 50-80 liter, sampai yang 100 liter pun ada). Berangkat seusai azan maghrib dan sholat dahulu tentunya, menggunakan lima motor saling boncengan.
Sampai di base camp Bowongso, Wonosobo, kira-kira pukul 9 malam dan langsung istirahat, eh ngisi perut dulu deng, pake lontong sama kering tempe bawaannya Kun-Kun, abis itu langsung pada tepar dehh, karna di separuh akhir perjalanan kita ditemani sama kabut tebal dengan jarak pandang hanya sekitar lima meter. Oiya, sebelum tidur kita registrasi dulu, supaya petugas basecamp tau tentang data diri para pendaki. Biaya registrasi sebesar 10 ribu. Pagi harinya, kita bangun tidur trus cari masjid terdekat untuk melaksnakan kewajiban sebagai umat muslim, sholat subuh. Sumpah, airnya dingin banget kek air es broo, maklum lah kita anak pesisir jadi masih kaget sama cuaca dan keadaan di lingkungan sana.
Setelah carier udah rapi dan semua ready, kita start pukul 06.00 waktu setempat. Kebayang ngga sih dinginnya jam 6 pagi di kaki gunung kaya gimana? Brrrr, nikmat lah pokoknya. Eits, btw ada pantangan loh buat kita selama berada di gunung, kami dipesan oleh petugas base camp supaya jangan ngeluh bagaimana pun kondisinya, dingin ya dirasain aja, jangan ngomong kasar dan jangan teriak-teriak. Kita dikasih bungkusan kecil air santan sama kopi supaya dijaga jangan sampai hilang dan dibawa kembali ke base camp. Aku ngga tau fungsinya biar apa, udah jadi adat mungkin ya, kita mah nurut aja. Dipinjami HT juga, buat komunikasi, maklum lah di guuung kan susah sinyal.
Awal perjalanan masih oke-oke aja. Di kanan kiri jalan terdapat kebun-kebun milik warga, mereka menggantungkan hidupnya memang dari hasil perkebunan. Ada tembakau, kopi, sayur kooool (nggausah dinyanyiin,🤣), dan banyak lagi deh sayur lain. Setelah dapat sekitar satu jam perjalanan, mulai nih pada selfi" gitu, ngga papa, kita kan pendaki santai, hehee. Setengah jam kemudian kita sampai di parkiran swadas, tingginya 1800 MDPL (Meter Di atas Permukaan Laut).
Lanjut jalan lagi yukk..
Setelah melewati parkiran swadas treknya mulai menyempit, ngga bisa dilewati motor. Lumayan menanjak dan licin karna memang masih sedikit basah kena embun kali ya, belum ada sinar matahari juga si sejak start tadi.
Dan..., ngga berapa lama udah pada ngeluhin laperrr., yeah, kita emang ngga sarapan dulu tadi di basecamp. Di depan ada gubuk kecil milik petani ladang, kita auto berhenti disitu. Sambil istirahat sama selfi, kita menyiapkan kompor dan alat masak lainnya. Mie instant 4 bungkus untuk 10 kepala manusia, mantab.. Tapi parah broo, asinn bett.:v teori pengiritan air ceritanya, wkwk.
Okke. Pertama, aku kasih tau, kalo ini tuh petualangan pertamaku naik gunung lohh. Mantab, baru perdana langsung nekat ke Sumbing, gunung tertinggi kedua di Jateng setelah Gunung Slamet, musim hujan lagi. Nah, kedua, aku mau berterima kasih dulu buat para Sahabat Jolang, yang udah ngajakin aku muncak bareng kalian, walaupun mungkin agak berat hati kali yaa, ups, siapa tau kann, hehee.
Seminggu sebelum hari H, aku di hubungi sama temen SMP ku, sebut saja namanya si Bar-Bar, dia mau muncak katanya, trus dia ngajakin aku lewat chat WhatsApp. Aku setuju aja, karna aku dari dulu emang pengin banget naik gunung tapi belum pernah kesampaian. Setelah diskusi cukup lama, kami memutuskan tujuan pendakian yaitu Mt. Sumbing via Bowongso. Disini kami akan bertualang sebanyak sepuluh anak, tujuh diantara mereka udah pernah ngerasain berada di puncak gunung dan tiga sisanya masih noob tentang itu (termasuk aku).
Setelah menyewa dan mempersiapkan alat" pendakian seperti tenda, matras, dan lainnya, hari yang kita nantikan pun tiba.
Jum'at sore, kita kumpul di rumahnya Fida sambil packing ulang. Kita bawa enam carier kapasitas 60Lt (buat yang belum tau, carier itu tas ransel besar yang biasa dibawa para pendaki, kapasitasnya macam-macam seperti 35-50 liter, 50-80 liter, sampai yang 100 liter pun ada). Berangkat seusai azan maghrib dan sholat dahulu tentunya, menggunakan lima motor saling boncengan.
![]() |
Ini Foto Pas di Perjalanan |
Sampai di base camp Bowongso, Wonosobo, kira-kira pukul 9 malam dan langsung istirahat, eh ngisi perut dulu deng, pake lontong sama kering tempe bawaannya Kun-Kun, abis itu langsung pada tepar dehh, karna di separuh akhir perjalanan kita ditemani sama kabut tebal dengan jarak pandang hanya sekitar lima meter. Oiya, sebelum tidur kita registrasi dulu, supaya petugas basecamp tau tentang data diri para pendaki. Biaya registrasi sebesar 10 ribu. Pagi harinya, kita bangun tidur trus cari masjid terdekat untuk melaksnakan kewajiban sebagai umat muslim, sholat subuh. Sumpah, airnya dingin banget kek air es broo, maklum lah kita anak pesisir jadi masih kaget sama cuaca dan keadaan di lingkungan sana.
![]() |
Mengumpulkan tenaga untuk start esok hari. Pada pules banget deh, wkwk.:v |
Setelah carier udah rapi dan semua ready, kita start pukul 06.00 waktu setempat. Kebayang ngga sih dinginnya jam 6 pagi di kaki gunung kaya gimana? Brrrr, nikmat lah pokoknya. Eits, btw ada pantangan loh buat kita selama berada di gunung, kami dipesan oleh petugas base camp supaya jangan ngeluh bagaimana pun kondisinya, dingin ya dirasain aja, jangan ngomong kasar dan jangan teriak-teriak. Kita dikasih bungkusan kecil air santan sama kopi supaya dijaga jangan sampai hilang dan dibawa kembali ke base camp. Aku ngga tau fungsinya biar apa, udah jadi adat mungkin ya, kita mah nurut aja. Dipinjami HT juga, buat komunikasi, maklum lah di guuung kan susah sinyal.
Awal perjalanan masih oke-oke aja. Di kanan kiri jalan terdapat kebun-kebun milik warga, mereka menggantungkan hidupnya memang dari hasil perkebunan. Ada tembakau, kopi, sayur kooool (nggausah dinyanyiin,🤣), dan banyak lagi deh sayur lain. Setelah dapat sekitar satu jam perjalanan, mulai nih pada selfi" gitu, ngga papa, kita kan pendaki santai, hehee. Setengah jam kemudian kita sampai di parkiran swadas, tingginya 1800 MDPL (Meter Di atas Permukaan Laut).
![]() |
Setelah melewati parkiran swadas treknya mulai menyempit, ngga bisa dilewati motor. Lumayan menanjak dan licin karna memang masih sedikit basah kena embun kali ya, belum ada sinar matahari juga si sejak start tadi.
Dan..., ngga berapa lama udah pada ngeluhin laperrr., yeah, kita emang ngga sarapan dulu tadi di basecamp. Di depan ada gubuk kecil milik petani ladang, kita auto berhenti disitu. Sambil istirahat sama selfi, kita menyiapkan kompor dan alat masak lainnya. Mie instant 4 bungkus untuk 10 kepala manusia, mantab.. Tapi parah broo, asinn bett.:v teori pengiritan air ceritanya, wkwk.
Acara makannya udah kelarr., kenyang juga belom si sebenernya, tapi paling ngga bisa buat ganjel perut lah.
Lanjutt..
Tak lama terlihat sebuah gardu pandang dari bambu, ngga besar tapi cukup lah buat istirahat bentar sambil manjain mata. Tapi apesnya kita ngga bia menikmati padatnya pemukiman warga di bawah sana. Kabut terus broo,-
Ngga pake lama, kita langsung terusin perjalanan. Nhaa ini, jalanannya udah mulai nantang gaess, terjal plus licin juga. Perlahan namun pasti yahhh, kita naik teruss sambil kadang bully temen biar ada hiburan laaah.,:v
Makin keatas, makin masuk kawasan hutan, gelap, lembab. Aroma tanah yang basah masih kecium banget. Dominan pohon di sini ditempelin sama lumut yang warnanya orens, ngga tau itu namanya lumut apa. Tapi aku pernah baca di suatu artikel, kenapa lumutnya orens itu karna ngga pernah kena sinar matahari. Hutan gunung Sumbing itu identik sama lumut orensnya lohh gengs.
Belom sampai pos 2, tapi cuaca makin buruk. Pada kecapekan pula. Kita break cukup lama di suatu lahan yang nampaknya baru direboisasi karna terbakar. "Siang-siang gini enaknya tidur," kalo ngga salah ada yang bilang kek gitu. Eeee, lha malah pada tidur beneran.
Tau ngga si? Sensasi tidur siang di gunung sambil ditemani rintik hujan kek gimana? Nikmatnya ngelebihin tidur di hotel berbintang broo, kalo ngga percaya tanyain aja sama para Jolang. Sampe ditanyain sama pendaki lain yang lagi nanjak, kecapean ya? Ya iyalahh., hahaa.
Lanjutt..
Tak lama terlihat sebuah gardu pandang dari bambu, ngga besar tapi cukup lah buat istirahat bentar sambil manjain mata. Tapi apesnya kita ngga bia menikmati padatnya pemukiman warga di bawah sana. Kabut terus broo,-
Ngga pake lama, kita langsung terusin perjalanan. Nhaa ini, jalanannya udah mulai nantang gaess, terjal plus licin juga. Perlahan namun pasti yahhh, kita naik teruss sambil kadang bully temen biar ada hiburan laaah.,:v
Makin keatas, makin masuk kawasan hutan, gelap, lembab. Aroma tanah yang basah masih kecium banget. Dominan pohon di sini ditempelin sama lumut yang warnanya orens, ngga tau itu namanya lumut apa. Tapi aku pernah baca di suatu artikel, kenapa lumutnya orens itu karna ngga pernah kena sinar matahari. Hutan gunung Sumbing itu identik sama lumut orensnya lohh gengs.
Belom sampai pos 2, tapi cuaca makin buruk. Pada kecapekan pula. Kita break cukup lama di suatu lahan yang nampaknya baru direboisasi karna terbakar. "Siang-siang gini enaknya tidur," kalo ngga salah ada yang bilang kek gitu. Eeee, lha malah pada tidur beneran.
Tau ngga si? Sensasi tidur siang di gunung sambil ditemani rintik hujan kek gimana? Nikmatnya ngelebihin tidur di hotel berbintang broo, kalo ngga percaya tanyain aja sama para Jolang. Sampe ditanyain sama pendaki lain yang lagi nanjak, kecapean ya? Ya iyalahh., hahaa.
Ini nih kutipan videonya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar